Kamis, 27 Desember 2012

Motivasi Belajar-Mengajar


Motivasi merupakan faktor yang berkaitan dengan belajar-mengajar. Kata motivasi menurut kamus bahasa Indonesia yaitu dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.[1] Menurut Mc. Donald, motivasi adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri/pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan.. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting, yaitu:
a.       Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan tenaga pada setiap individu manusia.
b.   Motivasi ditandai dengan muculnya, rasa/feeling, dorongan afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoaln-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku seseorang.
c.       Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan.[2]

Motivasi secara harfiah diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi, James O. Whittaker mengatakan bahwa motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau member dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapaib tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut.[3]

Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu (1) kebutuhan, (2) dorongan, dan (3) tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan atau mencapai tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi.[4]

Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut:
1.      Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil belajar, contohnya, setelah seorang siswa membaca suatu bab buku bacaan, dibandingkan dengan temannya sekelas yang juga membaca bab tersebut; ia kurang berhasil menangkap isi, maka ia terdorong menangkap lagi.
2.      Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebayanya; sebagai ilustrasi, jika terbukti usaha belajar seorang siswa belum memadai, maka ia berusaha setekun temannya yang belajar dan berhasil.
3.      Mengarahkan kegiatan belajar, sebagai ilustrasi, setelah  ia diketahui bahwa dirinya belum belajar secara serius, semisal terbukti banyak bersenda gurau, maka ia akan mengubah perilaku belajarnya.
4.      Membesarkan semangat belajar; contohnya, jika ia telah menghabiskan banyak dana belajar dan masih ada adik yang dibiayai oleh orang tua, maka ia berusaha agar cepat lulus.
5.      Menyadarkan tentang ada nya perjalanan besar dan kemudian bekerja (disela-selanya adalah istirahat atau bermain) yang bersinambungan; individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa hingga dapat berhasil.
Selanjutnya Dimyati dan Murdjiono menjelaskan bahwa motivasi belajar juga penting diketahui oleh guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siwa bermanfaat bagi guru, manfaat itu sebagai berikut:
1.      Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil. Dalam hal ini, hadiah, pujian, dorongan, atau pemicu semangat dapat digunakan untuk mengobarkan semangat belajar.
2.      Mengetahui dan memahami semangat belajar siswa di kelas berbeda-beda. Dengan berbedanya motivasi belajar tersebut, maka guru dapat menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar.
3.      Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah,dan pendidik.
4.      Memberi peluang guru untuk unjuk kerja. Tugas guru adalah membuat semua siswa belajar sampai berhasil. [5]

Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energy, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. keadaan semacam ini perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab-musababnya kemudian mendorong siswa itu untuk mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni belajar. dengan kata lain, siwa perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Atau singkatnya perlu diberikan motivasi.

Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyiadakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar daan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.[6]

Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa semangat dan senang untuk belajar. Siswa yang memilki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. jadi tugas guru bagaimana mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi.



[1] Kamus Bahasa Indonesia, hlm. 973.
[2] Sardiman A.M,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003, hlm. 73-74.
[3] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, hlm. 205.
[4] M.Sobry Sutikno, Rahasia Sukses Belajar dan Mendidik Anak, Mataram: NTP Press, 2007, hlm. 42-44.
[5] Ibid.,hlm. 45-46.
[6] Sardiman A.M, op.cit.,hlm 73-74.

Kepemimpinan



LEADERSHIP
Definisi kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memlihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang diluar kelompok atau organisasi.[1]
Kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Tiga implikasi penting yang terkandung dalam hal ini yaitu: (1) kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun pengikut, (2) kepemimpinan melibatkan penditribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang, karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya, (3) adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya melalui berbagai cara.

Oleh karena itu, kepemimpinan itu pada hakikatnya adalah:
·      Proses mempengasruhi atau member contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan orgnisasi.
·      Seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerja sama yang bersemangat daam mencapai tujuan bersama.
·      Kemampuan untuk mempengaruhi, member inspirasi dan mengarahkan tindakan seeorang atau kelompok untuk mencapai ujuan yang diharapkan.
·      Melibatkan tiga hal yaitu pemimpin, pengikut dan situasi tertentu.[2]
Dalam kenyataannya apapun bentuk suatu organisasi,pasti memerlukan seseorang dengan atau tanpa dibantu oleh orang lain, untuk menempati posisi sebagai pimpinan/pemimpin (leader). Seseorang yang menduduki posisi pemimpin didalam suatu organisasi melaksanakan tugas kepemimpinan. Dengan kata lain pemimpin adalah orangnya dan kepemipinan (leadership) adalah kegiatannya. Sehubungan dengan itu untuk sementara dari segi organisasi, kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan/kecerdasan mendorong sejumlah orang agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama.[3]
Semua pemimpin membutuhkan kecerdasan intelektual yang memadai untuk memahami hal-hal spesifik mengenai tugas dan tantangannya. Tentu saja pemimpin yang berbakat dalam pemikiran analitis konseptual akan mempunyai nilai tambah. Seorang pemimpin juga harus memiliki karakteristik intelek dan pemikiran yang jelas yang membawa seseorang ke posisi kepemimpinan. Bagaimanapun, intelek saja tidak akan menjadikan seseorang sebagai pemimpin; pemimpin melaksanakan suatu visi dengan memotivasi, membimbing, menginspirasi, mendengarkan, membujuk dan yang terpenting, melalui penciptaan resonansi. Seperti yang diingatkan oleh Albert Einsten, “Kita harus berhati-hati agar kita tidak mendewakan intelek. Tentu saja intelek memiliki kekuatan tetapi tidak memiliki kepribadian. Intelek tidak bisa memimpin, intelek hanya bisa melayani.”[4]
Karakteristik pemimpin yang berhasil memiliki sifat dan ketrampilan tertentu. Cirinya antara lain dapat beradaptasi dengan situasi, peka terhadap lingkungan social, ambisius serta berorientasi pada hasil,tegas, dapat bekerja sama,  meyakinkan, mandiri, mampu mempengaruhi orang lain, enrjik, tekun, percaya diri, tahan stress, dan memikul tanggung jawab. Sedangkan ketrampilan yang harus dimiliki pemimpin antara lain cerdas, trampil secara konseptual, kreatif, diplomatis, dan taktis, lancer berbahasa, memiliki pengetahuan terhadap tugas kelompok, mampu mengorganisasi, mampu mempengaruhi dan meyakinkan, dan memiliki ketrampilan social.
Seorang pemimpin yang berhasil harus memiliki seperangkat bakat tertentu. Bakat yang harus dimiliki pemimpin antara lain kekuatan fisik dan susunan syaraf, penghayatan terhadap arah dan tujuan organisasi, mandiri, multi terampil, besar keingintahuannya, humoris adaptatif, waspada (peka, jujur, optimis, berani, gigih), realistis, komunikatif, berjiwa wiraswasta, berani mengambil resiko, intuitif, berpengetahuan luas, memiliki motivasi tinggi, imajinatif, antusiasme, keramah tamahan, integritas, keahlian teknis, kemampuan mengambil keputusan, kecerdasan, ketrampilan mengajar, kepribadian, serta mampu membina hubungan yang baik dengan siapapun.[5]
Praktik kepemimpinan berkaitan dengan mempengaruhi tingkah laku dan perasaan orang lain baik secara individual maupun kelompok dalam arahan tertentu, sehingga melalui kepemimpinan merujuk pada proses untuk membantu mengarahkan dan memobilisasi orang atau ide-idenya.
Dalam realitas di lapangan,efisiensi dan efektifitas kerja diukur oleh tingkat capaian seorang pemimpin terhadap tujuan yang telah ditetapkan, dan itu semua sangat tergantung sejauh mana pemimpin mampu mengomunikasikan tujuan kepada para anggota,memotivasinya serta mengerahkan dan mengarahkan semua daya dalam pencapaian tujuan tersebut. Kemampuan untuk memotivasi diri dan orang lain bagi seorang pemimpin menjadi kenisyaan. Hal ini terungkap dalam pernyataan Keith Devis yang mengatakan bahwa salah satu sifat seorang pemimpin yang harus tumbuh dan berkembang adalh sifat motivasi diri untuk berprestasi dan mampu mentransformasikan semangat itu kepada seluruh anggota organisasi yang dipimpinnya.[6]


[1]Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003. hlm 3.
[2] Ibid.,
[3] Hadari Nawari dan M. Martini Hadari, Kepemimpinan Yang Efektif, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006, hlm.
[4] Daniel Goleman, Richard Boyatizis, Annie McKee, Primal Leadership: Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi, diterjemahkan oleh Susi Purwoko, Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2006, hlm 30-31.
[5] Veithzal Rivai, op.cit,.hlm. 30-31.
[6] Jamal Lulail Yunus, Leadership: Model Konsep Dasar, Dimensi Kerja, dan Gaya Kepemimpinan.